Mei 16, 2008

Menanti Saat Allah Turun ke Langit Bumi



Seperti gelapnya yang pekat, malam menyimpan begitu banyak rahasia. tidak saja pada taburan bintangnya yang abadi. Tempat sebagian orang menggantung pandangan lepasnya untuk memandu diri mencari arah, di darat dan dilautan. Bukan hanya pada bulannya yang bulat, saat anak-anak menunda tidur. Bertepuk riuh dilorong rumah petak yang kumuh.

Siang hari, memang memberi kita begitu banyak penghidupan (living). Tapi sejujurnya, malamlah yang memberi kita kehidupan (life). Sejumput nasi, seteguk air, selembar ribuan, juga prestise dan cita arasa apa saja, adalah perburuan kemanusiaan kita di siang hari. Dengan begitu kita mendapat penghidupan meski sebagiannya kadang kita buru dengan cara yang kotor.

Nafas kita masih tersambung dengan nasi itu atau air itu, atau status itu - yang riil atau absurb – dengan ijin Allah tentunya. Walau sekali waktu kesulitan datang mencekik, serasa tak membri kita umur lain. Tetapi perjalanan hidup tak akan berhenti di tengah-tengah serialnya. Sebab kematian tak akan datang sebelum cerita diri kita benar-benar usai. Itulah mengapa, Rasulullah menegaskan, bahwa tak akan ada manusia yang mati, kecuali hak-hak rezekinya telah ditunaikan lunas oleh Allah SWT. Ini berlaku untuk siapa saja, kafir atau muslim, fasik atau mukmin.

Tapi, sejujurnya, sekali lagi, malam memberi kita kehidupan. Dalam damainya yang dalam. Atau sunyinya yang tulus. Saat tak ada desah angin dan lambaian dedauanan. Itulah saat terbaik yang dinyatakan Allah untuk beristirahat, “Dialah (Allah) yang menjadikan malam bagi kamu supaya kamu beristirahat padanya. Dan (menjadikan) siang terang benderang (supaya kamu mencari karunia Allah). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar (QS. Yunus :67).

Maka, malam adalah tempat kita mengambil segala energi, lahir dan batinnya. Saat semua kepenatan siang tertumpahkan dalam diam, pada malam itu. Saat setiap nyawa menutup mata, malam adalah hiasan, tanda kekuasaan, sekaligus pakaian. “ Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat. Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian. Dan, Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan. (QS. An-Naba : 9-11).

Tetapi rahasia malam, bagi orang-orang beriman, tak berhenti pada sumber energi kehidupan lahiriyahnya. Dengan tidur nyenyak atau istirahat panjangnya, rahasia malam adalah rahasia tentang bagaimana sebuah kehidupan mengambil sumber kekuatannya yang benar, orisinil, dan maha dasyat pada sebagian potongan waktunya. Ya, sebab pada setiap sepertiga malam terakhir, Allah SWT turun ke langit bumi. Lalu memberi kesempatan kepada para hamba-Nya, untuk memohon dan mengadu kepada-Nya, dalam kesendirian yang murni, berdua dengan-Nya. “Allah ta'ala turun ke langit bumi, ketika sepertiga malam telah berlalu. Ia berkata, “Akulah Raja, Akulah Raja, siapa yang berdo'a kepadaku Kau kabulkan, siapa meminta kepada-Ku Aku beri, siapa meminta ampun, Aku ampuni. Dia terus berkata demikian sampai sinar fajar merekah”(HR. Muslim).

Disinilah rahasia malam itu. Pada sepertiga terakhir dari setiap potong malam. Itulah kehidupan itu. Adakah kehidupan, yang lebih utama dari memohon kepada Allah lalu diberi, meminta lalu dikabulkan-Nya, serta mengharap ampun lalu diampunkan-Nya?. Pada penghujung malam itulah saat terbaik memburu sumber kehidupan. Dengan shalat, do'a, munajat dan juga istighfar. Pemaknaan malam dari sisi ini memberi kita ruang pengaduan yang sangat luas tanpa batas, tapi dengan kepastian yang sangat terjanjikan. Luas, sebab Allah membuka pengabulan itu tanpa membatasi jenis permintaanya.

Bila malam menjelang. Berdo'alah, agar Allah membangunkan kita pada sepertiga akhirnya, saat turun ke langit bumi. Untuk kita menjumpai-Nya. Sejujurnya, dengan itulah, kita akan bisa merasakan kehidupan dalam arti dan cita rasa yang benar-benar benar.
Taken From Tarbawi

Tidak ada komentar: